Fermented foods are popular among the Sundanese of West Java, where much of the lush terrain is mountainous and many live at higher altitudes. Fermentation requires a specific temperature range to work properly, and so traditionally it was best done by those in cooler climes. Colenak is a combination of ‘dicocol’ (to dip in sauce) and enak (delicious). No false advertising here! Fermented cassava – called peuyeum in Sundanese – is grilled and served with a thick, sinfully sweet concoction of palm sugar and shredded coconut. The texture of margarine yellow ripe peuyeum is sumptuously smooth with a tantalizing slightly sour spike.
On a cold Bandung night after a heavy monsoonal downpour, there’s nothing better than washing down colenak with a steaming cup of bandrek — a traditional Sundanese beverage of ginger, cinnamon, pepper, cloves, nutmeg, chilli and sugar. It leaves warm embers lingering on your tongue long after the last sip!
Where to try it: Colenak Murdi Putra, Jalan Ahmad Yani No. 733, Cicaheum, Bandung.
—
Hidangan fermentasi banyak digemari oleh masyarakat Sunda di Jawa Barat karena lokasinya yang berada di dataran tinggi. Proses fermentasi membutuhkan suhu tertentu untuk bekerja dengan baik, maka daerah dataran tinggi adalah tempat terbaik untuk proses fermentasi. ‘Colenak’ adalah kombinasi dari kata ‘dicocol’ dan ‘enak’. Colenak terbuat dari tape atau ‘peuyeum’ dalam Basa Sunda, yang dipanggang dan lalu disajikan bersama gula merah cair dan parutan kelapa. Peuyeum memiliki tekstur yang lembut dan rasa manis bercampur asam.
Waktu favorit untuk menikmati colenak adalah saat hujan di sore hari dan dibasuh oleh secangkir bandrek, minuman khas Sunda yang terbuat dari rempah-rempah. Perpaduan ini akan memberikan kehangatan bahkan sampai bandrek tersebut habis tak bersisa.
Coba di Colenak Murdi Putra, Jalan Ahmad Yani No. 733, Cicaheum, Bandung.